Ini kisah ku. Kisah panjang
perjalanan yang dimulai dari pintu RUMCAY. Malam itu, pesan singkat
pemberitahuan tes wawancara. Waduh…kesannya aku mau ngelamar kerja ya. Siang.
Aku pergi ke rumcay dengan ke tiga sahabat dekat. Hari itu, aku di wawancara
oleh kak Beby. Awalnya aku nolak, masalahnya di lihat dari wajah-wajahnya, kak
Beby uda senior. Di samping kak Beby, ada seorang abang-abang dengan wajah
unik, putih, ehh… ternyata namanya bang Ferhatt. Itupun aku kenal namanya pada
saat eunagurasi di kota Lubuk. Kembali lagi ke kak Beby. Mereka curang,
teman-temanku langsung antri di belakang kak Husna, dan kakak yang lain. Nah,
sekarang tinggal aku yang tersisa dan belum wawancara. Mentor tinggal dua
pilihan. Kak Beby dan bang Ferhatt. Pilih bang Ferhatt, aduh laki-laki bukan
parno sich sama laki-laki, tapi kalo aku di wawancara sama laki-laki. Di Tanya
satu jawab satu.
Selamat
ya kak…!!! Aku kanget, maksudnya? Aku shock, tiba-tiba dapat pesan dari
teman-teman atas kelulusanku. Ah.. aku biasa saja. Aku optimis dan yakin kalau
aku pasti lulus. Bukan sombong tapi aku selalu optimis jika tugas yang telah
kulakukan persen yakinnya 80%. Waduh…bingung. 100 ribu. Mutar-mutar di dalam
kamar. akhirnya terlihat celengan merah bentuk ayam. Bingung lagi. Ambil atau
tidak. Kalo ambil nasib akhir bulan gimana. Malamnya aku shalat tahajjud dan
paginya dhuha. Minta petunjuk sama Allah. Kasian si celeng ayam itu, kepepet
berat, harus di bedah. Uangnya ribu-ribuan.
Jumat
sore. Aku berangkat dengan bus keuangan. Wah.. bus itu pasti banyak uangnya.
Aku duduk di samping sari. Teman baru aku di FLP. Awalnya mau duduk di
belakang, eh ternyata di belakang laki-laki. Lagi-lagi laki-laki. Wah… dalam
perjalanan menuju kota Lubuk, terpikir olehku suasana disana. Shock berat.
Ternyata tempat yang akan kami jajah itu bukan hutan dengan gaya tidur di
tenda. Kasurnya empuk. Tempat ini kedua kalinya aku kesini.
Selama
di Lubuk. Hatiku tentram, nyaman, tenang. Kenapa tidak. Managemen waktuku
dahsyat. Sedetik pun sangat bernilai. Waktu shalat pas, makan tepat waktu,
tidur pas-pasan, shalat sunah pun dahsyat. Rindu saat itu. Karena sekarang
shalat dhuha dan tahajjud sering bolong. Malu aku ngakunya akhwat.
Seniorku
hebat-hebat. Penampilan biasa-biasa saja, tapi prestasinya sekali lagi super
zuper dahsyat membahana. Cemburu aku. Selama jam diskusi pernah beberapa kali
aku bertanya. Jujur. Sebenarnya aku ngantuk. Mau gangguin tetangga tapi si
tetangga serius kali nyimaknya. Mau izin ntar kena denda (baca puisi). Ah..
begitulah kalo ngantuk mampir dimanapun dan sepenting apapun acaranya yah…
namanya juga ngantuk. Sssstttss…jangan ributnya, kalo aku pernah tidur bahkan
sering tidur dikelas kalau demam ngantuk. Duduk paling depan dan bertatap muka
langsung dengan dosen, aku sich pura-pura baca buku, eh ternyata
tidur…melerrr….
Oopss..ayo
beralih lagi.. Nah, setelah eunagurasi selesai, semangatku masih membekas tapi
tidak bertahan lama, hanya beberapa hari sudah kadaluarsa. Kembali lagi dengan
kegalauan memikirkan yang tidak saatnya untuk dipikir. Oopss.. tapi mikirnya
positif koq. Ini efek tiap malam sendiri.
***
Minggu. Kelas menulis perdana di
rumcay. Wah.. rame ya yang datang. Tapi, seiring berlalunya waktu. Banyak yang
berguguran di pertempuran ini. Ironis. Why? Jawabannya homlah. Nah, ini yang
berbeda. pentaGirls masih bertahan hingga saat ini. PentaGirls yaitu 5 gadis
yang dipertemukan di kota kecil Lubuk di sebuah kamar paling ujung, yang sering
telat masuk ruangan, telat bangun, tapi kami sangat kompak bahkan sampai hari
ini. Personil pentaGirls yaitu kakak tertua Isra, anak bungsu Nawra, Dara,
Sari, dan aku yang di juluki akhwat mentel sama kakak tertua. Padahal aku kalem
lho…hehehe
Khhheeeem..ini cerita ku waktu
persiapan untuk acara Gola Gong. Aku anggota dari tim temper dan pubdok dibawah
komandan bang Reza dan kak Isra. Hahha….ketika mengingatnya aku tertawa
sendiri, berhari-hari bahkan berminggu-minggu aku di bingungkan oleh infokus.
Galau berat. Dua minggu sebelum hari H dan satu minggu setelah hari H
jabatannya masih saja tetap sama, urusin infokus. Jadi malu sama senior,
masalah infokus saja sampe 3 minggu, pake acara galau, nangis pula. Memalukan.
Ahh… tapi inilah pengalaman berharga.
Alhamdulillah. Rihlah. Brayeun.
Cool. Bot karet. Alam. Nikmat sekali. Disini aku tertawa lepas. Jadi lupa aku
sama beragam masalah di kota Banda. Nah, ada yang seru nih… di sini di pondok
brayeun itu aku kenal lebih dekat dengan rekan-rekan kerjaku. Kak Fanny (
bacanya harus pake double N ya), kak Husna (emak, panggilan baru), kak liza (ternyata
beliau pemateri di sekolah jurnalis, SABENA), kak Mala, kak Isni, kak Junaida (
cewek manis + taik lalatnya), amalia, nurul ( hahha…merajoook dek nurul), dan
lain-lain. Trus kalau bapak-bapaknya, Astra alias Aslan Saputra ( si cowok
kalem), bang Dora alias doni daroy ( ngakunya buaya sungai brayeun), bang Reza,
bang Ariel ( duplikat dari ariel fathonah), bang Munawar, bang arif, bang riri,
ustadz ( lupa namanya, mirip maher zain), hehehe… maap yoe, kalo namanya tidak
disebutkan, factor usia semakin muda.
Uda dulunya ceritanya nyamuk-nyamuk
kecil, aku mau tidur dulu. Moga dalam mimpi aku gak mimpikan mereka. Heheh
Attaction:
Nama, tokoh, watak,
karakter, tempat, ide pikiran hanyalah fiktif belaka. Suka-suka gue dong,
inikan cerita gua… dah…. :)