Indonesia, jika
berbicara tentang negeri ini pasti tidak akan pernah habisnya, dimulai dari
yang positif sampai mengarah ke yang negatif. Bagaimana karakter bangsa kita saat ini?
Itulah yang menjadi permasalah utama dalam membangun bangsa ini. Dan tidak akan
pernah habis untuk diperbincangkan.
Karakter adalah sesuatu yang harusnya diketahui tapi sebagian besar kita
tidak mau tahu. Sesuatu yang teramat penting, tetapi sebagian kita menggangkap
remeh. Sesuatu yang amat diperlukan, tapi justru sebagian kita malah
menertawainya.
Karakter memang penting, karena karakter adalah fondasi dalam membangun bangsa yang
berkualitas. Dengan karakter para pejabat negara tidak akan memakan uang rakyat
demi kepentingan pribadi. Dengan karakter seorang guru dapat mewariskan ilmunya
dengan baik dan benar tanpa mengharapkan balasan. seseorang dikatakan
berkarakter bila tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama.
Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang memiliki prinsip ideologi
kebangsaan yang eksklusif, berkebudayaan tinggi, memiliki tata krama, sopan
santun, toleransi, gotong royong, semangat juang, dan nasionalisme yang tinggi,
hal inilah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia yang berakar dari pengkajian
kebudayaan nenek moyang kita.
Bangsa Indonesia
telah banyak melahirkan orang-orang pintar dan cerdas. Karena kepintaran dan
kecerdasannya mereka bisa menjadi seorang pejabat, pengusaha, dan pegawai yang
kaya. Tetapi apabila kecerdasan yang dimiliki tidak disertai dengan karakter
yang baik. Apa yang akan terjadi? Orang yang tidak berkarakter akan bertindak
sesuai dengan yang diinginkan tanpa memikirkan rakyat sekitarnya. Orang yang
berkarakter akan bertingkah seolah-olah dialah yang paling benar, yang paling
hebat.
Angelina
sondakh, merupakan anggota DPR RI yang berwatak cerdas dan pintar. Apakah ia
memiliki karakter yang berkharisma? Tentu saja tidak. Kasus dugaan suap wisma
atlet SEA Games tersebut telah membuktikan bahwa ia menjatuhkan dirinya sendiri
kejurang kehancuran. Belum lagi dengan pejabat-pejabat negara lainnya. Gayus
tambunan, kasus simulator SIM yang hingga saat ini belum juga tuntas. Siapa
yang tidak kenal mereka. Merekalah tikus-tikus negara yang kelebihan cerdas dan
cerdik. Ada kalanya mereka patut dibanggakan, karena merekalah Indonesia
terkenal hingga ke dunia luar. Indonesia bagaikan sebuah permainan. Inilah
potret nyata merosotnya karakter bangsa yang mulai tergantikan oleh
paradigma-paradigma anarkis dan keserakahan lymbic individualisme (pusat
insting hewani manusia). Dan sesungguhnya penyakit ini telah menjangkit ke
semua lapisan masyarakat dari segala usia. Lain halnya dengan Provinsi kita,
Aceh. Abdullah Puteh yang terbukti atas kasusnya terhadap pembelian helikopter
Mi-2 Rostov buatan Rusia dan mnyebabkan kerugian negara sebesar Rp. 13,875
miliar dan lain sebagainya. Belum lagi kasus yang sedang marak-maraknya di
perbincangkan oleh berbagai kalangan, beasiswa mahasiswa Universitas Syiah
Kuala sebanyak 2 miliyar entah kemana perginya pada masa jabatan mantan rektor
Unsyiah, pak Darni Daud. Dan beberapa kasus lainnya yang belum terungkap
seperti di daerah Lokop, Aceh Timur.
Beberapa bulan
yang lalu, Indonesia telah dihebohkan dengan tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi
buatan Rusia. Dan yang paling menyedihkan pesawat Sukhoi itu dibeli bukan dalam
bentuk original tetapi bekas atau sebut saja sampah negara Rusia. Inilah
karakter bangsa kita. Ingin terlihat hebat dimata dunia tetapi malah kebodohan
yang tampak. Sering kita melihat iklan-iklan di berbagai media “cintai produk
Indonesia” tapi apakah kita mencintai produk buatan dalam negeri?. BJ. Habibie
telah membuktikan kata-kata tersebut. Hasil karya anak bangsa jarang sekali
dihargai. Beliau telah berhasil menciptakan sebuah produk yang tak kalah
menariknya dari ciptaan produk luar negeri. Gatot kaca adalah sebuah nama
pesawat hasil karya bapak BJ.Habibie. kurangnya perhatian dari Pemerintah
membuat pembuatan pesawat ini mengalami hambatan. Dan beberapa produk-produk
lain ciptaan anak bangsa.
Negara
kita dipimpin oleh seorang pemimpin. Tetapi apakah pemimpin itu berkarakter.
Kutipan dari kata-kata Erie Sudewo “Pemimpin tanpa karakter sama artinya
pimpinan tanpa moral. Pimpinan tidak bermoral bahaya bagi dirinya, bagi yang
dipimpin, bagi bangsa, bagi negara, dan bagi agama.” Siapa pun memang bisa
menjadi pemimpin. Namun, hanya yang terus melatih diri yang memiliki jiwa
kepemimpinan. Disetiap lembaga-lembaga pemerintah, lembaga masyarakat atau
daerah, serta di lembaga sekolah/Universitas masing-masing memiliki seorang
pemimpin. Pemimpin ada yang diraih karena kerja kerasnya dan ada pula karena
diberi.
Faktanya, pemimpin
di Aceh khususnya, bukanlah pemimpin yang sesungguhnya atau bukan pemimpin
biasa. Bagaimana tidak, setelah suami bergeser dari jabatan, istri atau anak
yang menggantikan. Jika ayahnya seorang kepala di institut pemerintah. Anak,
saudara, cucu pun juga bisa masuk ke institut tersebut dengan bebasnya. Berbagai
jenis caranya, ada hanya dengan berjabat tangan dengan pejabat lain. Atau
dengan bersalaman disertai sebuah amplob. Lucunya negeri ini. Bukanlah rahasia
negara. Bahkan mereka yang kurang mampu pun bisa melakukan hal tersebut layaknya
orang kaya. Menjual tanah, lembu, kambing untuk menyogok anaknya masuk ke
sebuah lembaga favorit.
Jika karakter
hilang, maka bencana besar akan melanda bangsa kita. Bagaimana tidak, hilangnya
karakter dapat menyebabkan kemerosotan moral. Kehidupan di luar batasan
norma-norma agama.Tapi perlu kita ingat bahwa karakter seseorang itu
akan tampak dari tindakan yang dilakukannya, Ketika yang dilakukannya baik maka
baiklah karakternya, begitu juga sebaliknya. Karakter bangsa Indonesia akan
dinilai baik jika perilaku warganya baik. Untuk itu mulailah dari diri sendiri,
dengan bersyukur, sabar, tanggung jawab. Ikhlas, menghargai sesama, menjaga
ketertiban lingkungan, mematuhi perintah agama dan hukum.
Karakter tidak tumbuh dalam jangka
waktu yang sesingkat-singkatya, tetapi karakter tumbuh dari sejak kita lahir
hingga nafas berhenti. Inilah karakter
bangsa yang selama ini kita cari. Sebab dengan melakukan tindakan nyata yang
meskipun kecil akan mampu memberikan dampak yang signifikan dalam perubahan
wajah bangsa di masa yang akan datang. Lebih jujurlah kepada hati nurani,
ketika kita sedikit saja menyimpang dan melakukan hal-hal yang tidak baik, maka
ketika itulah karakter bangsa yang kita miliki telah kita khianati. Oleh karena
itu, kita sebagai generasi muda ayo kita bertindak! Mari kita bersama-sama
berkaca diri tentang apa yang telah kita lakukan untuk mewujudkan nilai-nilai
pancasila masyarakat Indonesia, khususnya Provinsi Aceh. Semoga tercapai
harapan-harapan kita sebagai generasi penerus bangsa kedepan.
0 komentar:
Posting Komentar